Budaya populer (pop culture) sering dianggap ringan, sementara sosiologi kerap dipandang berat. Padahal, keduanya saling berkaitan erat. Budaya populer adalah produk masyarakat sekaligus cerminan nilai, kekuasaan, dan konflik sosial yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
Musik, film, fashion, meme, hingga tren media digital semua itu bukan hanya hiburan. Ia adalah ekspresi sosial, alat negosiasi identitas, bahkan senjata politik dalam wacana global.
Dalam kacamata Sosiologi:
• Budaya populer dibentuk oleh struktur sosial, tetapi juga dapat menantangnya.
• Ia mencerminkan nilai dominan, namun juga membuka ruang bagi eskpresi alternatif
• Budaya populer tidak netral ia memuat ideologi, dominasi kelas, gender, hingga representasi rasial.
Sosioolog seperti Stuart Hall melihat budaya populer sebagai arena perjuangan makna, di mana kelompok sosial saling bertarung mendefinisikan siapa yang "normal" , siapa yang "ideal", dan mana yang "layak ditiru".
Contoh Fenomena Budaya Populer:
• K-Pop sebagai ekspor budaya dan industri identitas global
• Meme Politik sebagai bentuk kritik sosial digital
• Series Netflix yang membentuk pemahaman tentang gender, kekerasan, dan empati
Mengapa Relevan?
Karena budaya populer menyebar melalui media massa dan media sosial, ia mudah diterima dan dikonsumsi tanpa disadari dampak sosialnya.
Sosiologi membantu kita mengkritisi tren yang kita anggap "biasa", dan mendorong kita bertanya:
Apa yang sedang dibentuk oleh budaya yang kita konsumsi?
"Budaya populer adalah medan kontestasi ideologi dan makna sosial."
- Stuart Hall