Menafsir ulang perang Dunia Melalui Lensa Ilmu Sosial
Kamis, 3 juli 2025
Menafsir ulang perang Dunia Melalui Lensa Ilmu Sosial
Kamis, 3 juli 2025
Sumber gambar dari istock https://www.istockphoto.com/id
Perang Dunia l dan ll sering dipelajari sebagai peristiwa geopolitik besar yang membentuk abad ke-20. Namun bagi sosiologi, perang bukan semata konflik antarnegara, melainkan cerminan dari disfungsi sosial, konflik kelas, nasionalisme ekstrem, dan manipulasi kesadaran kolektif melalui propaganda.
Dari perspektif fungsionalisme, perang dapat dilihat sebagai krisis sistematik yang menghancurkan tatanan lama namun juga membuka jalan bagi lahirnya struktur sosial baru seperti lahirnya PBB dan deklarasi hak asasi manusia. Sementara pendekatan teori konflik menyoroti bagaimana perang mencerminkan ketimpangan kekuasaan, perebutan sumber daya dan kepentingan ekonomi kelas ringan.
Di sisi lain, interaksionisme simbolik mengajak kita memahami bagaimana simbol, bahasa, dan media membentuk persepsi masyarakat terhadap "musuh", "pahlawan", atau bahkan "bangsa". Pandangan postmodern menantang narasi tunggal tentang perang, dengan menyoroti suara-suara yang selama ini terpinggirkan: perempuan, kaum koloni, korban sipil, dan masyarakat adat.
Sumber gambar dari istock https://www.istockphoto.com/id
Sosiologi tidak hanya menjelaskan perang sebagai akibat dari keputusan elite, tetapi juga sebagai pengalaman sosial kolektif yang membahas dalam sejarah umat manusia.
Dengan demikian, sosiologi membantu kita melihat bahwa perang tidak hanya menghancurkan, tetapi juga membentuk ulanng struktur sosial, nilai kolektif, dan arah sejarah peradaban. Pemahaman ini penting agar generasi masa kini tidak sekedar mengenang perang sebagai deretan pertempuran, melainkan sebagai pengalaman sosial yang sarat makna, yang harus dikaji agar kesalahan masa lalu tidak terulang kembali dalam bentuk-bentuk kekerasan modern lainnya.
Ditulis oleh:
Markus Acian - Sociomindset